...
Di dalam benak, cinta bersemi di taman bunga,
Namun, dalam perjalanan berumah tangga, terdapat reruntuhan.
Bertemunya dua jiwa, membentuk janji abadi,
Namun, kadang-kadang cinta itu punah di tengah jalan.
Di antara sepi malam, terdengar gemuruh kehampaan,
Cinta yang dulu menguar, kini meredup menjadi kerinduan.
Dalam setiap lekuk raut wajah, terukir kisah pilu,
Kegagalan dalam berumah tangga, mengukir luka yang dalam.
Takdir yang berliku, membawa jalan yang berbeda,
Mimpi-mimpi bersama kini terpisah oleh kehendak waktu.
Dalam setiap tangisan, tersemat harapan yang sirna,
Kegagalan berumah tangga menghantarkan pada kesedihan yang mendalam.
Dua hati yang dulunya padu, kini terpisah oleh dinding dingin,
Komunikasi yang terputus, memperdalam jurang yang memisahkan.
Dalam setiap doa, terukir rindu yang menggebu,
Kegagalan berumah tangga menggiring pada kesendirian yang membeku.
Rumah yang dulu penuh tawa, kini sepi tanpa senyuman,
Luka-luka yang terpendam, menggurat cerita pahit yang tak terlupakan.
Dalam setiap tatapan, terpancar rasa kehilangan yang menggelegak,
Kegagalan berumah tangga meretakkan fondasi yang dulu kukuh.
Di antara serpihan kenangan, terhampar kepedihan yang mendalam,
Cinta yang dulu subur, kini layu dalam kehampaan.
Dalam setiap detik, terasa getirnya kegagalan,
Namun, dari puing-puing itu muncul kekuatan untuk bangkit kembali.
Dalam sunyi malam yang menyiksakan, terdengar getar hati yang hancur,
Dua insan yang dulu bersatu, kini terpisah oleh rasa kecewa.
Dalam setiap hembusan angin, terasa pilunya kegagalan,
Namun, di baliknya ada pelajaran berharga tentang cinta dan kehidupan.
Meski kegagalan dalam berumah tangga menyisakan luka,
Namun, dari penderitaan itu, tumbuhlah kebijaksanaan yang mendalam.
Dalam setiap langkah menuju kesembuhan, terdapat harapan yang terpendam,
Kegagalan adalah ujian yang menguji ketabahan dan kekuatan cinta sejati.